Saya pelanggan Indovision (nomor pelanggan: 301-01011 0560) paket Prime dengan iuran Rp 149.000 per bulan. Sudah berlangganan sejak saya dan keluarga pindah ke kota ini, bulan Januari 2007. Pada tanggal 16 November 2009, siaran Indovision diputus.

Saya menghubungi pusat layanan Indovision (16/11) sekitar pukul 17.00. Jawaban yang saya dapat: "Masih ada tunggakan pembayaran sekitar Rp 100.200 yang harus diselesaikan." Padahal, saya sudah membayar iuran jauh sebelum jatuh tempo, yang pembayarannya dilakukan via ATM Mandiri pada 30 Oktober 2009 dan jatuh tempo tanggal 10 November 2009.

Dengan santainya wanita petugas pusat layanan Indovision menjawab, secara otomatis langganan sudah diikutkan ke paket Galaxy dengan iuran Rp 185.000 per bulan. Dijelaskan juga bahwa saya sudah coba dihubungi lewat telepon rumah dan handphone. Padahal, saya tak pernah dihubungi. Saya telah meminta untuk dikembalikan ke paket awal, tetapi dijawab "pihak Indovision akan mengaktifkan siaran setelah saya membayar kekurangan". Mengecewakan berlangganan Indovison, tanpa konfirmasi tetapi pelanggan dipaksa. Irvan Graviana Perum GMP G/4, Tanjung Sengkuang, Batu Ampar, Batam, Riau -- http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/01/02515153/redaksi.yth

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Pemutusan Siaran Indovision (Surat Pembaca).

Berita Rasa "Infotainment"

Posted on 14.03 by putu


Budi Suwarna

Televisi, belakangan ini, mengemas berita politik dengan gaya infotainment. Barangkali, inilah konsekuensi logis akibat masuknya politik ke tengah budaya hiburan yang salah satu pusatnya adalah televisi.

Politik pun lagi tidak lagi dipandang sebagai peristiwa semata, melainkan juga tontonan yang penuh drama, konflik, skandal, dan kadang dibumbui perselingkuhan. Perbincangan tentang politikâ€"seperti perseteruan KPK-Polriâ€"tak kalah heboh dibandingkan kasus kawin-cerai artis.

Tidak heran jika produser televisi dengan sadar mengemas berita politik sedemikian rupa demi mendongkrak rating. "Politik itu sekarang seperti gosip, sama-sama bisa dijual asalkan kita bisa mengemasnya," ujar Manager Produksi Berita MetroTV Dadi Sumaatmadja, Rabu (25/11).

Pertimbangan itulah yang antara lain mendorong MetroTV membuat Newsmakers, program berita politik dalam kemasan infotainment yang tayang setiap Rabu malam sejak tiga bulan lalu. Boleh dikata, acara ini meminjam hampir semua trik infotainment dalam menyedot pemirsa, mulai pemberitaan yang fokus pada orang sampai potongan gambar sensasional yang berseliweran cepat. Bahkan, cara membaca narasi juga terdengar dramatis seperti gaya bicara Feni Rose di acara gosip Silet.

Seperti halnya infotainment, Newsmakers memang mendayagunakan seluruh potensi audio-visual untuk mengonstruksi cerita, menggiring persepsi, hingga menjustifikasi "realita".

Tengoklah bagaimana acara ini menyajikan berita perseteruan KPK-Polri. Ketika gambar Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzahâ€"dua mantan pemimpin KPKâ€"muncul, terdengar potongan syair lagu "cicak-cicak di dinding/ diam-diam merayap...".

Giliran gambar petinggi Polri Susno Duadji, diperdengarkanlah lagu dari duo Ratu, "Lelaki Buaya Darat", "...buaya darat/ busyet aku tertipu lagi/ huo huo o...."

Produser Newsmakers Suryansyah mengatakan, pihaknya sengaja menggunakan lagu sebagai musik latar (scoring) berita. "Biasanya kami memilih lagu yang liriknya nyambung dengan narasi berita ."

Narasi Newsmakers juga khas infotainment yang kerap menghadirkan pertanyaan besar tanpa jawaban di ujung kisah. Di episode 11 November, misalnya, acara itu melempar pertanyaan, "Adakah hubungan antara pertemuan Rani (Juliani) dan Antasari (Azhar) dengan pembunuhan Nasrudin Zulkarnain? Inilah misteri yang belum terjawab".

Meski diwarnai permainan tanda dan bahasa yang mirip infotainment, Suryansyah menolak jika Newsmakers disamakan dengan acara gosip. "Kami tetap bersandar pada fakta. Kami juga tidak membicarakan urusan pribadi orang. Kami memberitakan orang selama berkaitan dengan sebuah kasus. Inilah yang membedakan Newsmakers dengan infotainment benaran," katanya.

Godaan "infotainment"

Mengapa berita perlu dikemas seperti infotainment? Ini ada kaitannya dengan karakter industri televisi yang menuntut produserâ€"termasuk produser program beritaâ€"membuat program menarik sekaligus laku dijual. Karena infotainment terbukti mampu menyedot banyak penonton, sebagian produser berita pun tergoda menjajal trik infotainment.

Dengan kemasan seperti itu, kata Suryansyah, Newsmakers meraih rating di atas dua pada pertengahan November. Ini hasil yang bagus untuk sebuah acara berita.

Selain Newsmakers, beberapa program berita lainnya juga meminjam sebagian trik infotainment. Lihat saja, setiap ada bencana besar, televisi menyajikan gambar dramatis yang berlebat cepat dengan iringan lagu Ebiet G Ade, "Untuk Kita Renungkan". Ketika Indonesia bersengketa dengan Malaysia soal Ambalat, televisi menyajikan beritanya dengan iringan "Maju Tak Gentar".

Berita dengan kemasan infotainment memang menarik sebagai sebuah tontonan, terutama bagi pemirsa Indonesia yang selama bertahun-tahun biasa disodori rumor dan gosip.

Namun, pendekatan ini membuat pemirsa sulit membedakan antara fakta, fiksi, realitas, simulakra, kebenaran, kepalsuan. Semuanya bercampur aduk dan tidak karu-karuan. -- http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/29/03365079/berita.rasa.infotainment

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Berita Rasa "Infotainment".

Oknum Kepolisian Ancam Bredel Media

Posted on 05.00 by putu


Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Ancaman kepada media kembali terjadi. Kali ini hal tersebut menimpa seorang wartawan yang hendak mengabadikan momen dengan kameranya.

Kejadian bermula saat Sandro sedang meliput proses pemotongan hewan kurban di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri. Saat itu satu ekor sapi yang akan disembelih berontak dan berlari.

Melihat kejadian unik tersebut Sandro berusaha mengabadikannya dengan kamera. Namun Sandro malah ditegur oleh seorang panitia yang belakangan diketahui merupakan aparat kepolisian.

"Dari mana kamu?" tanya oknum polisi itu seperti ditirukan Sandro.

Kemudian dijawab oleh Sandro bahwa dirinya dari wartawan. Namun Sandro malah mendapatkan ancaman.

"Beritain yang bener, awas saya bredel nanti," bentak si oknum yang mengenakan baju koko putih itu.

Kejadian tersebut tidak terjadi sekali, wartawan tersebut diancam hal serupa hingga dua kali disertai dengan nada yang tinggi.

Ketika rekan wartawan lain berusaha untuk meminta konfirmasi kepada yang bersangkutan, beberapa wartawan juga mendapat kekerasan. "Kamu jangan coba-coba ngancam saya," bentak oknum tersebut.

Namun setelah ditenangkan rekan panitia lainnya, oknum tersebut akhirnya mau meminta maaf.

"Saya tidak mengancam cuma mengingatkan saja soalnya pengalaman yang sudah-sudah begitu (pemberitaan tidak benar). Sudah saya tidak mau komentar, saya minta maaf," ujar si oknum dan langsung berlalu dari wartawan.

Menurut Ketua Panitia, yang bersangkutan memang anggota kepolisian dan punya masalah dengan emosi. Sayangnya hingga saat ini tidak ada yang bisa ditanyai indentitas oknum tersebut. Namun informasi dari berbagai sumber yang bersangkutan merupakan perwira menengah berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) yang berdinas di Mabes Polri. (her/gah)--http://www.detiknews.com/read/2009/11/27/143357/1249859/10/oknum-kepolisian-ancam-bredel-media

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Oknum Kepolisian Ancam Bredel Media.


Puluhan wartawan, tokoh lembaga swadaya masyarakat, dan wakil rakyat asal Sulawesi Selatan di Makassar, Sabtu (21/11), berunjuk rasa mengecam pemanggilan para pimpinan redaksi dua surat kabar di Jakarta.

Unjuk rasa itu dilakukan di depan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Makassar. Para pengunjuk rasa berorasi dengan membawa poster "Tolak Kriminalisasi Pers", "Jangan Bungkam Pers", "Kami Butuh Polisi yang Menghormati HAM", dan lainnya.

Koordinator aksi, Jumadi Mappanganro, menyatakan, aksi itu merupakan wujud keprihatinan mereka terhadap pemanggilan pimpinan redaksi Kompas dan Seputar Indonesia.

Warga Makassar yang juga mantan aktivis pergerakan mahasiswa, Tajuddin Rahman, menyatakan, dirinya mengikuti aksi itu karena pemanggilan pimpinan redaksi Kompas dan Seputar Indonesia adalah intimidasi penguasa pascapemberitaan transkrip dugaan rekayasa kriminalisasi KPK. "Seharusnya Anggodo yang segera diperiksa," kata Tajuddin.

Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan II, Akbar Faisal, menyatakan, pers tidak bisa dibawa ke ranah (penyidikan) seperti itu.

Direktur Eksekutif Macasart Intelectual Law, Supriansa menyatakan, pemanggilan itu tidak menghormati Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. "Wartawan dalam menjalankan profesinya tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti. Sumber berita wartawan bisa diperiksa oleh polisi, tetapi wartawan tidak bisa dijadikan saksi, apalagi tersangka," kata Supriansa.

Protes dari Makassar juga disampaikan Direktur Lembaga Bantuan Hukum Makassar Abdul Muthalib. Sementara itu, protes dari Palembang muncul dari kelompok masyarakat yang tergabung dalam Yayasan Puspa Indonesia, LP3HAM, Walhi Sumsel, Yayasan Kuala Merdeka, Komite Komunitas Demokrasi Banyuasin, dan Sekolah Demokrasi Banyuasin.

Di Denpasar, Bali, Ketua Umum Asosiasi Advokat Indonesia Denny Kailimang menegaskan, "Pemanggilan media itu suatu kekeliruan besar yang dilakukan Mabes Polri."

Di Semarang, Wakil Ketua Dewan Pers Sabam Leo Batubara mengatakan, pers harus terus melawan mereka yang berniat membungkam kebebasan pers lewat setiap pemberitaan.

Ia juga menegaskan, meskipun sudah dilindungi oleh UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers, beberapa aturan lain justru bertentangan dan dapat digunakan untuk menjerat para jurnalis atau wartawan.(NAR/WAD/ANS/ROW/UTI) --http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/23/04165487/protes..dan.unjuk.rasa.terus.muncul

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Pemanggilan Pimpinan Surat Kabar, Protes dan Unjuk Rasa Terus Muncul.

Privacy Policy

Posted on 00.22 by putu

Privacy Policy for cemaraputih.blogspot.com/

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at putusanjaya@gmail.com.

At cemaraputih.blogspot.com/, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by cemaraputih.blogspot.com/ and how it is used.

Log Files
Like many other Web sites, cemaraputih.blogspot.com/ makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.

Cookies and Web Beacons
cemaraputih.blogspot.com/ does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.

DoubleClick DART Cookie
.:: Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on cemaraputih.blogspot.com/.
.:: Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to users based on their visit to cemaraputih.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
.:: Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html

Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....
Google Adsense


These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on cemaraputih.blogspot.com/ send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.

cemaraputih.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. cemaraputih.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites.