Kompas - Peran media massa, khususnya televisi, yang sangat besar memengaruhi kehidupan masyarakat. Dengan posisi itu, televisi mengambil alih tanggung jawab pembangunan karakter bangsa. Kondisi itu justru membahayakan karena tayangan televisi cenderung abai dengan nilai dan lebih mementingkan kepentingan modal.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi saat membuka sarasehan menjelang Muktamar NU ke-32 bertema "Menciptakan Tayangan Televisi yang Beretika dan Edukatif" di Jakarta, Rabu (27/1).

Tayangan televisi sering kali bertentangan dengan nilai agama, pendidikan, dan sosial dengan banyaknya acara tak mendidik, ghibah (gosip), klenik, dan kekerasan. Media tidak boleh menjadi alat perusak tatanan nilai masyarakat.

Menurut Hasyim, pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi tanggung jawab negara yang dibagi dalam bidang pendidikan, agama, budaya, hubungan antaretnis, dan media. Namun, semua bidang itu diambil alih oleh media.

Interaksi masyarakat dengan televisi setiap hari jauh lebih banyak dibandingkan dengan orangtua, guru, ataupun tokoh agama. Kondisi itu membuat masyarakat menjadi bersikap hedonis dan instan.

Meresahkannya tayangan televisi juga diungkapkan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Andreas A Yewangoe. Selain banyak menayangkan tayangan tidak bermutu, televisi juga tidak mengajarkan cara berbahasa Indonesia yang baik. Siaran televisi nasional membuat masyarakat pedalaman Papua pun akrab dengan dialek Jakarta.

Anggota Komisi I DPR, Effendy Choirie (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Jawa Timur X), mengatakan, lembaga penyiaran seharusnya berfungsi sebagai media informasi, kontrol, pendidikan, dan hiburan.

Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara mengatakan, jumlah tayangan infotainment di televisi swasta rata-rata 14 jam per hari dengan penonton lebih dari 10 juta pemirsa serta dengan rating dan pemasukan iklan yang tinggi. Tayangan infotainment, ujar Leo, justru merusak demokrasi. Tugas pers dalam demokrasi adalah menginformasikan kebenaran kepada masyarakat.

Amar Ahmad, anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), mengatakan, KPI memiliki keterbatasan dalam memantau semua tayangan di televisi. Karena itu, KPI sangat membutuhkan laporan dari masyarakat.(MZW/DAY)  - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/28/02505543/.pembangunan.karakter.tanggung.jawab.negara.

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Peran Media, Pembangunan Karakter Tanggung Jawab Negara.


Rabu, 27 Januari 2010 | Masalah tersulit Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah bagaimana mengelola kekuatan opini kepemimpinan agar mampu menjadi panduan dan tindakan umum, yang tidak sekadar reaktif menanggapi masalah-masalah kontroversial.

Berlarut-larutnya penanganan kasus Century mengisyaratkan tidak cukup tanggapnya program 100 hari Yudhoyono membangun strategi komunikasi berbangsa.

Harus dicatat, penyebaran opini publik tanpa panduan kritis kepemimpinan akan melahirkan beragam bentuk kematian politis dan krisis legitimasi. Hal ini bisa ditandai dengan merosotnya kepopuleran Yudhoyono dan kabinetnya, persepsi lemahnya kepemimpinan, surutnya kepercayaan publik, serta tumbuhnya ketidakpastian terhadap capaian program-program pemerintah.

Politik primadona

Henry Maine, pakar filsafat publik, menegaskan, sangat sedikit pemerintahan populer punya masa depan yang stabil, sekiranya kepopuleran bergantung pada figur presiden, dan selama periode pemerintahannya tidak cukup mampu mentransformasi komunikasi personal menjadi strategi komunikasi pemerintahan yang efisien dan efektif. Inilah yang harus menjadi cacatan tersendiri mengingat pemerintahan dewasa ini lebih bergantung pada politik komunikasi Yudhoyono sebagai primadona.

Studi komunikasi budaya menunjukkan bahwa politik primadona layaknya psikologi primadona panggung. Meski populer, memiliki kelemahan paradoksal. Pertama, di satu sisi cenderung menjaga citra dan laku pribadi dalam peran positif. Sementara peran-peran pemecahan masalah kontroversial senantiasa didelegasikan pada komite khusus atau menteri terkait maupun kelompoknya. Pada sisi lainnya, kultur primadona cenderung sangat sensitif terhadap isu-isu yang menciptakan kemerosotan citranya meski sekecil apa pun.

Sering kali primadona panggung kehilangan konsentrasi pada perannya yang esensial, sibuk menanggapi isu remeh-temeh, layaknya selebritas di program gosip televisi. Pada kasus Yudhoyono, terbaca pada berbagai komentar pribadi, seperti "politik fiksi", "adu domba", hingga "fitnah" serta beragam reaksi terhadap berbagai kritik, seperti buku Gurita Cikeas. Harus diperhatikan, presiden adalah pengeras suara terbesar bangsa, sekecil apa pun di mulut presiden, menjadi milik telinga bangsa.

Kultur primadona, layaknya kultur panggung, menjadikan peran pembantu hanyalah melayani primadona, bukan menjadi assemble karakter saling melengkapi dan mendukung. Bisa ditebak, reaksi spontan Yudhoyono tentang fitnah melahirkan kegelisahan pembelaan komunal, yang sering overacting. Sebutlah, cara komunikasi Ruhut Sitompul di Pansus Bank Cnetury. Atau, cara penemuan kasus kemewahan di rumah tahanan, malahan melahirkan pertanyaan, "Apa yang dilakukan kelembagan birokrasi selama pemerintahan Yudhoyono periode pertama?"

Pada akhirnya, terlihat masih sedikit anggota kabinet pemerintahan Yudhoyono yang memiliki karakter dan program yang terbaca, yang mampu memandu masyarakat di tengah perang informasi komunikasi. Haruslah dipuji sosok Sri Mulyani dengan sedikit kelemahan, sebutlah senyum sedikit sinis meski manis.

Kontes komunikasi

Opini publik dalam ruang be- ragam media adalah sebuah kontes keterampilan komunikasi politik. Dengan kata lain, opini publik adalah dialog dan pertandingan antara masyarakat aktif dan pemerintahan guna menciptakan sebuah masyarakat komunikatif dalam fungsi partisipatif dan deliberatif.

Opini senantiasa berwajah dua. Pertama, opini publik membentuk politik afirmasi dan persaingan untuk menuntut tanggung jawab serta kredibilitas pemerintahan. Kedua, medium sarana pemerintah melakukan intervensi untuk membentuk opini arah program serta panduan pemecahan masalah, sekaligus pendidikan warga negara menumbuhkan sipilitas masyarakat komunikatif. Sebutlah, pendidikan warga negara dalam menumbuhkan etika komunikasi.

Dilemanya, pemerintahan Yudhoyono justru terjebak dan hanya berkeluh kesah terhadap kondisi komunikasi politik yang sering surut etika. Hal ini mengisyaratkan, pekerjaan rumah terbesar Yudhoyono dan kabinetnya adalah menumbuhkan strategi komunikasi dengan aspek panduan publik yang kritis, pemecahan masalah dan pendidikan warga negara.

Pada akhirnya, harus dicatat, negara demokrasi gagal bukan karena tidak adanya kekuasaan, melainkan karena tidak adanya sifat kenegarawanan dalam menghadapi beragam perang opini publik. Di dalam kenegarawanan terkandung unsur-unsur keutamaan strategi komunikasi, yakni ketegasan dan keterampilan panduan, etika komunikasi, keberanian mengambil risiko, terobosan dan keberanian keberpihakan pada keadaban publik. Adakah nilai keutamaan ini dalam 100 hari ?Garin Nugroho Direktur Yayasan Sains, Estetika, Teknologi -- http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/27/02532075/yudhoyono.dan.krisis.komunikasi..

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Yudhoyono dan Krisis Komunikasi (Garin Nugroho).


Ali Sadikin adalah gejala tersendiri dalam konteks relasi antara pejabat publik dengan unsur masyarakat dan pers. Meski bukan figur yang tergolong ramah terhadap LSM dan media, Bang Ali selalu berusaha terbuka dan berpikiran positif terhadap kritik.

Sebagai gubernur DKI, Bang Ali bahkan merasa terbantu oleh kritik LSM dan media. Kritik membantunya mendapat gambaran sesungguhnya tentang kualitas pemerintahannya: pelayanan publik serta kelemahan dan penyelewengan di lapangan.

Dari anak-buahnya, para birokrat yang alergi kritik, hanya ada laporan bertipe asal bapak senang. Isinya, penyelenggaraan pemerintahan berjalan baik, normal, meski yang terjadi sebaliknya: sarat pelanggaran dan penyelewengan. Bang Ali paham laporan seperti ini hanya membuatnya keliru menganalisis keadaan dan mengambil keputusan. Ia justru mengandalkan masukan dan kritik eksternal saat mengevaluasi pemerintahannya.

Mentalitas Bang Ali sangat relevan ketika kita menghadapi respons negatif pemerintah terhadap kritik media belakangan ini. Tak diragukan lagi, peran media sungguh signifikan mengangkat kontroversi cicak versus buaya, kriminalisasi KPK, penalangan Bank Century, dan mafia peradilan. Pemberitaan media mampu meletakkan opini publik sebagai faktor determinan dalam pengambilan putusan di tingkat eksekutif ataupun legislatif.

Dihadapkan pada situasi seperti ini, yang diperagakan para pemimpin kita bukan mentalitas Bang Ali. Sebaliknya malah sikap reaktif dan tidak proporsional. Secara apriori dan tanpa rujukan yang jelas, mereka gemar melontarkan penilaian, seperti "kebebasan pers telah kebablasan", "media melakukan tirani opini", "pers jangan menjadi provokator", dan "masyarakat makin kreatif memfitnah".

Efek delegitimasi

Muncul kepanikan ketika kritik media menimbulkan efek delegitimasi signifikan terhadap unsur politik tertentu. Yang mengemuka bukan mawas diri dan kreativitas menghadapi paparan media, namun justru praduga, bahkan niat buruk. Ini terjadi ketika Wapres Boediono melontarkan gagasan sinergi TVRI, RRI dan Antara ke dalam satu institusi untuk membantu pemerintah mengimbangi kritik media massa. Tersirat keinginan menjadikan tiga lembaga itu sebagai instrumen politik pemerintah.

Gagasan ini jelas kontroversial dan kontraproduktif. Pertama, UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 menegaskan TVRI-RRI adalah lembaga penyiaran publik yang independen, netral, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Salah besar membayangkan fungsinya sebagai organ pemerintah guna mengimbangi kritik media komersial.

Fungsi penyiaran publik di mana pun menjalankan keutamaan publik: pendidikan kewargaan, ruang publik budaya, pemberdayaan sosial ekonomi. TVRI-RRI tak dapat diidentifikasi sebagai lembaga milik pemerintah sebab didanai APBN yang adalah dana publik, bukan dana pemerintah. Gagasan menjadikan TVRI-RRI instrumen politik pemerintah hanya lazim muncul dalam rezim otoriter. Gagasan ini menunjukkan ketakpahaman terhadap spirit kelembagaan penyiaran publik.

Kontrol

Kedua, dalam rezim yang demokratis, sudah pada tempatnya pers mengontrol pemerintah. Pers adalah perangkat masyarakat guna mengawasi penyelenggaraan kekuasaan dalam berbagai bentuk. Cara efektif menghadapi kritik pers bukanlah dengan menciptakan tandingannya atau mencoba membungkamnya melalui produk kebijakan. Satu-satunya cara: mereduksi tindakan, kebijakan, dan situasi yang dapat memicu kontroversi. Agar terhindar dari paparan negatif media, pemerintah jangan membuat kesalahan. Penuhi harapan publik akan pemerintahan efektif dan bersih!

Tentu ini tak berarti pemberitaan media sama sekali tak menguntungkan pemerintah. Pemberitaan media tentang fasilitas mewah narapidana berduit jelas memperkuat alasan Menhuk dan HAM menertibkan jajarannya. Kontroversi media tentang cicak versus buaya menghindarkan Presiden dari kesalahan fatal melemahkan KPK dan mengkriminalkan anggotanya.

Pemberitaan intensif tentang dana talangan Century pada sisi lain juga mengondisikan DPR benar-benar mengusut tuntas kasus ini. Persoalannya, apakah pejabat kita bermental Bang Ali. Apakah mereka mau melihat pers secara kritis, proporsional, dan konstruktif?

Dalam beberapa kasus, pers masih mengabaikan etika dan profesionalisme. Kelemahan ini cukup menuntut perbaikan kualitas pemberitaan media, tetapi jelas tak memadai mengintroduksi kebijakan yang antikebebasan pers. Keberatan pemerintah dan unsur politik terhadap pemberitaan media seharusnya didasari itikad memperbaiki kualitas ruang publik media sehingga adil terhadap semua pihak, bukan niat "balas-dendam" atau hasrat membelenggu kebebasan media. Agus Sudibyo Wakil Direktur Yayasan SET Jakarta - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/26/03292328/bijak.menghadapi.kritik.media

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Bijak Menghadapi Kritik Media (Opini Agus Sudibyo).

Get Free eXcellent BACKLINK

Posted on 11.23 by putu

eXcellent BACKLINK
Everybody knows how important backlink, and we offer for backlink exchange to increase your site traffic and pagerank. Submit your site here, for free and permanent. Hurry, before it become pay submission.

Link farm? No, we combine your backlink with related topic article, so google will recognize your link as deeplink, which that is a good backlink.


TOPAN YUNIARTO I Jumat, 22 Januari 2010 | Selama kurun waktu tiga bulan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, sorotan surat kabar bernada negatif lebih banyak dibandingkan dengan yang positif terhadap kinerja mereka.

Perhatian surat kabar terhadap kinerja tiga bulan pemerintah diwarnai beragam sikap kritis terhadap pemerintah. Sejumlah kasus mafia peradilan, proses pemeriksaan pejabat di DPR, gaya kepemimpinan Presiden, serta kasus KPK dan Polri, mewarnai halaman utama surat kabar yang menciptakan kesan buruk atas kinerja pemerintah.

Kasus Bank Century menyedot perhatian pers dan menjadi berita utama selama beberapa minggu. Pada kasus tersebut, arah kecenderungan nada pemberitaan (tone) surat kabar negatif terhadap SBY-Boediono.

Temuan tersebut terekam dalam analisis isi terhadap enam surat kabar nasional (Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Republika, dan Indopos) selama November 2009 hingga Januari 2010.

Secara umum, sesungguhnya nada pemberitaan surat kabar terhadap kinerja tiga bulan pemerintahan SBY-Boediono cenderung netral. Hal tersebut tampak dari nada pemberitaan netral terhadap SBY sebesar 74,7 persen, nada pemberitaan netral terhadap Boediono sebesar 83,6 persen, dan nada pemberitaan netral terhadap menteri kabinet sebesar 86,9 persen. Meski demikian, nada pemberitaan yang cenderung negatif terhadap SBY lebih besar daripada nada pemberitaan positif. Sebanyak 19,4 persen pemberitaan bernada negatif terhadap SBY, sebaliknya hanya 5,9 persen pemberitaan yang bernada positif.

Demikian pula pemberitaan terhadap Boediono, nada pemberitaan yang cenderung negatif terhadap Boediono sebesar 14,9 persen, sebaliknya nada pemberitaan positif hanya 1,5 persen. Artinya, selama periode ini, surat kabar bersikap "keras'" terhadap kinerja pemerintahan SBY-Boediono.

Menteri yang sering diberitakan kinerjanya adalah Menteri Keuangan sebesar 20,5 persen dan Menko Perekonomian sebesar 11,2 persen. Sedangkan menteri lainnya di bawah 6 persen. Tidak semua menteri diberitakan kinerjanya karena surat kabar tentu lebih memprioritaskan isu yang menjadi sorotan publik.

Nada pemberitaan terhadap menteri cenderung netral. Nada berita positif menteri sebesar 6,8 persen dan negatif sebesar 6,3 persen. Pemberitaan tentang menteri lebih banyak menyoroti program yang dilaksanakan.

Terhadap 15 "Program Kerja 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu" yang dicanangkan Presiden pada 5 November 2009, surat kabar menonjolkan program pemberantasan mafia hukum sebagai isu berita yang banyak menghiasi halaman utama.

Ruang lingkup peristiwa menonjol yang diangkat surat kabar adalah keterkaitan antara Presiden dan lembaga-lembaga yang bersifat independen, seperti Tim 8 (kasus Bibit Samad Rianto-Chandra Hamzah) dan KPK. Ruang lingkup peristiwa lainnya yang cukup menonjol adalah keterkaitan Presiden dan menteri dalam persoalan hukum.

Agenda kerja pemerintah menjadi sorotan penting surat kabar. Sebanyak 94,8 persen surat kabar memberitakan program kerja pemerintah. Sedangkan gaya kepemimpinan SBY juga menjadi sorotan surat kabar sebanyak 4,4 persen. Meski porsinya kecil, gaya kepemimpinan SBY yang dianggap kurang tegas menjadi bagian penting terhadap kinerjanya selama periode ini.

Wacana yang dilontarkan dari berbagai narasumber tentang pandangan mereka soal kinerja pemerintah banyak diangkat dalam pemberitaan. Berdasarkan hasil analisis isi ini, komentar yang bersifat kritis terhadap kinerja pemerintah kerap disuarakan sejumlah kalangan, terutama pengamat, akademisi perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan anggota DPR.

Persepsi publik atas pemberitaan media massa juga mirip dengan hasil analisis media tersebut di atas. Baik media televisi, surat kabar, radio, maupun internet, proporsi pemberitaan tentang pemerintahan SBY-Boediono dinilai publik cenderung lebih banyak yang buruk daripada yang baik.

Mengapa kecenderungan media bernada "nyinyir" dalam tiga bulan ini kepada pemerintahan SBY-Boediono? Tampaknya, media saat ini memang dibimbing oleh situasi yang tidak bisa dihindari. Kasus Bank Century yang melibatkan otoritas pemerintahan memaksa fungsi kontrol media menjalankan peranannya lebih masif daripada biasanya. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (Sembilan Elemen Jurnalisme, 2003) menyatakan, wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Pers harus dilindungi agar ia bisa membuka rahasia pemerintah dan memberikan informasi kepada rakyat. Hanya pers yang bebas dan tidak terbelenggu yang bisa efektif mengungkapkan penyimpangan di pemerintah.

Selanjutnya, Rosenstiel, peneliti media di University of Missouri Columbia, Amerika Serikat, itu menyatakan, "Ketika popularitas presiden bagus, ada kecenderungan untuk mengangkat peristiwa-peristiwa yang membuat populer. Ketika menurun, Anda seakan-akan menggunakan lensa mencari tahu mengapa popularitasnya merosot" (www.journalism.org). (Litbang Kompas) - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/04162311/surat.kabar.cenderung.bersikap.keras

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Tiga Bulan Pemerintahan; Surat Kabar Cenderung Bersikap "Keras".

Excel Auto Filter

Posted on 08.55 by putu

Excel Auto Filter

Dalam software Microsoft Excel, terdapat satu fitur yang sangat berguna buat saya dalam mengolah database, namanya adalah Auto Filter. Dari namanya tentunya sudah kebayang bahwa fitur ini berguna untuk menjadi filter dalam menampilkan database. Dengan fitur Auto Filter ini, kita bisa memilih untuk menampilkan data sesuai filter yang kita tentukan sendiri, sehingga tidak perlu mencari masing-masing record. Auto Filter tidak mengubah isi database hanya membantu membuat filter dalam menampilkan database, ketika fitur ini sudah dinon-aktifkan, maka database akan kembali seperti semula.

Informasi lebih lengkap tentang Tutorial Software Excel diatas, silahkan lihat di situs ini:
Alamat Blog: http://jumabatu.blogspot.com


Sample ImageSehubungan dengan diluncurkannya perbaikan terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 SPS), KPI Pusat mengadakan sosialisasi P3 SPS 2009 ke Trans TV dan Trans 7, Kamis (13/01).


Sosialisasi P3 SPS di Trans TV dan Trans 7 fokus kepada program reality show. Selain itu, anggota KPI Pusat Fetty Fajriaty Miftach juga menjelaskan beberapa pasal-pasal tambahan dan perbaikan yang terdapat pada P3 SPS versi terbaru ini.


Trans TV dan Trans 7 menjadi stasiun tv pertama yang dikunjungi KPI dalam rangka sosialisasi ini. Pertimbangan tersebut muncul karena dari hasil survei AGB Nielsen Trans TV dan Trans 7 adalah stasiun tv yang paling banyak di tonton oleh pemirsa, memiliki banyak program yang bagus, brand image yang kuat, dan dipenuhi anak muda dengan semangat dan kreativitas yang tinggi


Program reality show Trans TV Realigi dan Termehek-mehek, menjadi acara nomor satu untuk periode 3-9 Januari 2010 menurut AGB Nielsen.  Namun begitu, Fetty Fajriaty mengingatkan bahwa program reality show Trans TV tidak luput dari pelanggaran. Menurutnya masih ada unsur ekploitasi kemiskinan, kekerasan, dan hal yang dapat melunturkan nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat, seperti  membuka aib seseorang dan pertengkaran di muka umum.


Dalam sesi tanya jawab pihak Trans TV, Dede Apriyadi menyarankan bila ada pelanggaran kode etik jurnalistik maka solusinya adalah pengadilan, Dede menganggap KPI sebagai lembaga "superbody" yang dapat membuat aturan, mengubah dan memberikan sanksi.


Fetty Fajriaty menjelaskan bahwa KPI bukan "superbody", bahkan banyak yang menganggap KPI seperti "macan ompong". Dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, dijelaskan tugas dan wewenang KPI salah satunya yaitu dapat memberikan sanksi tetapi di lain pihak, KPI juga harus menumbuhkembangkan industri televisi, maka dari itu KPI sangat berhati-hati dalam melakukan penindakan.


Pada kesempatan tersebut, pihak Trans TV dan Trans 7 memberikan banyak masukan kepada KPI. Fetty Fajriaty memberikan penghargaannya kepada Trans TV berkaitan dengan acara Trans TV yaitu Jelajah dan Jejak Petualang yang mendapatkan rating yang sangat baik di televisi Singapura, Surya TV, serta acara ulang tahun Trans TV yang akan disiarkan oleh televisi berbayar Malaysia, ASTRO.


Dengan adanya sosialisasi P3 SPS terbaru ini, pihak Trans TV dan Trans 7  memberikan nilai positif dan berjanji akan lebih meningkatkan kualitas programnya. Red/AN - http://www.kpi.go.id/?etats=detail&nid=1641

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Sosialisasi P3 SPS 2009 ke Trans TV dan Trans 7.


Perundingan akan mulai dilaksanakan di perusahaan mulai hari ini.

Setelah melalui pembicaraan panjang selama lima jam dengan mediasi dari pemerintah, manajemen PT. Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) akhirnya menyetujui untuk berunding atas tujuh poin permintaan Serikat Pekerja (Sekar) Indosiar.

Pembicaraan yang dilakukan Sekar Indosiar dengan Direktur PT Indosiar Visual Mandiri Triandy Suyatman dan Manager HRD PT Indosiar Visual Mandiri Dudi Ruhendi, difasilitasi Direktur Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Depnakertrans Sihar Lumban Gaol di kantor Depnakertrans, Jakarta Selatan, Rabu 13 Januari 2010.

Ketua Sekar Indosiar Dicky Irawan mengatakan, pihak manajemen sepakat untuk melakukan klarifikasi dan perundingan penyelesaian, dan akan dilaksanakan di perusahaan selambatnya 14 hari, terhitung besok, Kamis 14 Januari 2010.

"Dua pihak sepakat untuk melakukan penyelesaian melalui perundingan antara pimpinan perusahaan dan serikat karyawan," ujar Dicky di kantor Depnakertrans, Rabu 13 Januari 2010 malam.

Ketujuh poin yang akan dirundingkan yakni, penyesuaian komponen upah, penyesuaian gaji pokok yang bekerja lima tahun, masa kerja tiga tahun masih berstatus kontrak.

Poin lainnya adalah masalah pekerja cleaner yang masih menerima upah di bawah UMR sehingga untuk disesuaikan sesuai peraturan perundang-undangan, pekerja belum masuk jamsostek agar disesuaikan menurut peraturan perundang-undangan, peningkatan jenjang karir karyawan melalui pelatihan, dan pemberian insentif bagi karyawan yang masuk kerja di luar jam kerja biasa.

Selama ini, manajemen PT Indosiar Visual Mandiri dinilai karyawannya, selama enam tahun terakhir, tidak menaikkan gaji pokok mereka dan banyak karyawan yang berstatus kontrak meski telah bekerja lebih dari tiga tahun.

Terhitung, terdapat 35 orang tenaga kontrak yang telah bekerja lebih dari 3 tahun.

Para karyawan menuntut pihak manajemen segera memperbaiki kesejahteraan karyawan dengan menaikkan gaji pokok dan mengimplementasikan peraturan ketenagakerjaan.

"Bahkan ada petugas sekuriti kami yang gaji pokoknya sekitar  Rp 280 ribu. Seharusnya dalam peraturan perundang-undangan gaji pokok itu tiga banding 1 dengan tunjangannya," kata Dicky.

Pihak manajemen perusahaan media itu berniat mengubah sistem kenaikan gaji pokok dari penetapan presentase tahunan menjadi berbasis prestasi individual.

Namun, para karyawan lebih menginginkan manajemen menetapkan kenaikan gaji pokok terlebih dahulu, lalu memberlakukan sistem yang baru.

"Pada intinya, manajemen sepakat untuk berunding walau sempat pak Triandy (Direktur PT Indosiar Visual Mandiri) agak unhappy," kata Sekretaris Sekar Indosiar Yandri Silitonga.

Sebelumnya, Sekar Indosiar melaporkan kasus mereka ke Menakertrans Muhaimin Iskandar pada 7 Januari 2010 dan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jamsostek Depnakertrans Myra M. Hanartani telah memanggil pihak manajemen perusahaan itu untuk menyelesaikan masalah ini. VIVAnews - http://bisnis.vivanews.com/news/read/121036-pt_indosiar___serikat_pekerjanya_berunding

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan PT Indosiar & Serikat Pekerjanya Berunding.

Memilih Busana Muslim Di Toko

Posted on 04.34 by putu

Banyak toko yang menyediakan berbagai macam BUSANA MUSLIM, baik itu untuk pria maupun wanita, dan memang hal ini saya temukan sendiri di daerah saya. Banyak sekali toko yang berlomba-lomba untuk memberikan diskon super menarik agar toko mereka banyak pengunjung dan tentu saja BAJU MUSLIM yang mereka jual akan laku keras. Namun taukah anda, sebelum anda membeli dan memakai baju muslim yang anda pakai. Sebaiknya anda pertimbangkan berbagai macam aspek, termasuk syariat islam tentang berbusana.
Berikut adalah tips untuk memilih busana muslim yang sangat penting untuk anda ikuti.

1.Sesuai dengan syariat islam, hal ini tidak bisa anda lupakan dan harus di terapkan.
2. Nyaman, ya tentu saja kenyamanan saat anda memakai busana muslim merupakan hal yang mutlak harus anda perhatikan.
3. Sesuai, sesuaikan dengan besar dan tinggi badan anda, tips ini juga sudah pasti anda hafal tanpa di beritahu.

Saya rasa itulah point – point penting yang sangat vital yang mesti anda jadikan acuan.

Mennakertrans Cek Masalah Indosiar

Posted on 06.28 by putu


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar memerintahkan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan I Gusti Made Arka memeriksa dugaan pelanggaran peraturan ketenagakerjaan di PT Indosiar Karya Media.

Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsostek) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) juga sedang menangani kasus perselisihan hubungan industrial antara karyawan dan manajemen.

"Saya sudah perintahkan Dirjen Binwas untuk mengaudit kondisi perusahaan apakah melanggar undang-undang atau tidak. Kalau iya, kami akan tindak tegas supaya dipenuhi haknya (karyawan). Kami akan memanggil (kedua pihak lagi)," ujar Muhaimin di Jakarta, Senin (11/1).

Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar telah melaporkan permasalahan mereka kepada Mennakertrans di Gedung Kemnakertrans, Kamis (7/1). Menurut Muhaimin, Direktur Jenderal PHI dan Jamsostek Myra Maria Hanartani telah memanggil direksi yang kemudian menyampaikan komitmen mereka untuk menyelesaikan masalah hubungan industrial itu.

"Hanya butuh waktu untuk penyesuaian itu. Apakah komunikasinya, apakah tuntutan-tuntutan itu bisa dilaksanakan dengan cepat atau tidak. (Hal) itu sudah ditangani Dirjen PHI dan Jamsostek," imbuh Muhaimin.

Sementara para karyawan masih juga belum mendapatkan perkembangan positif dari manajemen. Sedikitnya 200 karyawan berunjuk rasa damai di depan Gedung Indocement, Jakarta Pusat, setelah menggelar aksi serupa di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Senin pagi.

Wakil Ketua Sekar Indosiar Budi Sampurno mengatakan, manajemen selama 6 tahun terakhir tidak menaikkan gaji pokok karyawan dan banyak karyawan masih berstatus kontrak walau telah bekerja lebih dari 3 tahun.

Mereka menuntut manajemen segera memperbaiki kesejahteraan karyawan dengan menaikkan gaji pokok dan mengimplementasikan peraturan ketenagakerjaan. Perwakilan karyawan lalu menyampaikan aspirasi mereka kepada Anthony Salim, Chief Executive Officer (CEO) Salim Group, lewat asisten khusus Anthony Salim, Trenggono.

"Kami minta CEO mengganti direksi karena tidak mampu menunjukkan prestasi. Kami sudah bosan dengan janji-janji," kata Budi. Menurut Budi, manajemen berniat mengubah sistem kenaikan gaji pokok dari penetapan persentase tahunan menjadi berbasis prestasi individual.

Namun, karyawan ingin manajemen menetapkan dulu persentase kenaikan gaji pokok, lalu memberlakukan sistem baru. Walau demikian, Budi menjamin, karyawan tetap bekerja dalam memproduksi program.

Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Media Indonesia Abdul Manan mengatakan, aksi Sekar Indosiar merupakan preseden di perusahaan media berkait isu kesejahteraan. Menurut Manan, kesejahteraan merupakan masalah mendasar yang sangat memengaruhi kualitas sumber daya manusia perusahaan media dan berdampak pada kualitas hasil kerja mereka.

"Mustahil enam tahun karyawan tidak naik gaji. Kalau begini, pasti direksi yang tidak mampu," ujar Manan. (ham) - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/12/03220919/mennakertrans.cek.masalah.indosiar

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Mennakertrans Cek Masalah Indosiar.


Andri Haryanto - detikNews



Bandung - Mantan Ketua Mahkamah Agung sekaligus anggota Dewan Pers terpilih periode 2010-2013, Bagir Manan, menilai pemberitaan kasus Bank Century yang ada di media massa dapat membingungkan masyarakat. Poin yang dipersoalkan tidak jelas.

"Pers jangan buat rakyat jadi bingung karena tidak jelas poin yang dipersoalkannya," kata Bagir di sela peringatan 44 tahun Tritura dan Silaturahmi Aktivis '66, di Grha Tirta Siliwangi, Jalan Lombok No 10, Minggu (10/1/2010).

Dalam kasus Century yang saat ini hangat diperdebatkan, kata Bagir, seharusnya pers tidak mencampuradukan proses hukum Century dengan politik.

"Bagi orang awam saya kira mereka makin tidak mengerti karena semua harus diurai dengan baik. Ini persoalan hukum, supaya rakyat itu gampang (memahami) pers mempunyai kewajiban untuk itu," terangnya.

"Kalau sesuatu sudah jadi persoalan hukum tidak boleh masuk kancah politik, biarlah hukum yang menyelesaikannya," ujar mantan Rektor Universitas Islam Bandung ini.

Bagir terpilih menjadi anggota Dewan Pers bersama anggota lainya dari unsur unsur wartawan dan perusahaan pers. Sementara Bagir mewakili tokoh masyarakat bersama Agus Sudibyo, dan Wina Armada Sukardi.

Sementara dari unsur wartawan adalah Bambang Harymurti, Margiono, dan Bekti Nugroho. Dari unsur perusahaan pers adalah ABG Satria Naradha, M Ridlo Eisy, dan Uni Zulfiani Lubis.

Dewan Pers menurut UU No 40/1999 tentang Pers, memiliki tugas antara lain melindungi kemerdekaan pers, mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik, dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers. BPPA berharap anggota Dewan Pers baru ini bisa ditetapkan Presiden sebelum akhir Februari 2010. (ahy/lrn) - http://www.detiknews.com/read/2010/01/10/223203/1275333/10/bagir-berita-century-jangan-bingungkan-masyarakat
Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Bagir: Berita Century Jangan Bingungkan Masyarakat.


Elvan Dany Sutrisno - detikNews



Batam - Peserta kongres III PAN Batam ngefans berat dengan presenter berita TV swasta, Tina Talisa. Tina terpaksa diusir keluar karena peserta kongres ricuh berebut foto bersama.

Pantauan detikcom di Hotel Planet Holiday, Batam, Jumat (8/1/2010), Tina tak pernah sepi dari kerubutan peserta kongres yang ingin foto bersama. Alhasil, panitia harus meminta Tina keluar ruangan Kongres PAN.

Hal ini disebabkan Tina yang masuk ruangan untuk mengumpulkan informasi malah dikerubuti peserta kongres laki-laki yang meminta foto bersama. Tina yang masih mengenakan seragam ini pun melepas ikat rambutnya dan melayani fansnya satu persatu.

"Maaf Mbak Tina, foto-fotonya dibawa di luar saja,"  kata panitia penyelenggara Kongres PAN Batam, Indriati Hamzah, memperingatkan agar Tina meninggalkan ruang Kongres.

Tina pun menurut. "Iya Bu sebentar," ujar Tina sambil tersenyum sembari keluar ruangan dibuntuti penggemarnya.

Bahkan di lobi depan ruang Kongres PAN, Tina tetap dikejar. "Foto-foto lagi," teriak peserta Kongres yang berada di luar ruangan sambil tertawa cengengesan. Dalam sekejap saja puluhan peserta antre foto bersama.

Saat akan menggelar live show pun Tina masih dikerubuti. Bahkan saat Ketua MPP PAN Amien Rais sedang di sebelah Tina, kader-kader PAN ini tak malu memotret Tina, tanpa Amien. Amien pun tertawa kecil melihat ulah kadernya. (van/rdf) - http://www.detiknews.com/read/2010/01/09/011050/1274697/10/bikin-heboh-tina-talisa-diusir-dari-kongres-pan
Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Bikin Heboh, Tina Talisa 'Diusir' dari Kongres PAN.


Minggu, 3 Januari 2010 :: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Timur (Jatim), memperingatkan tiga televisi swasta yang bersiaran secara nasional untuk segera membuat siaran lokal.

"Semua televisi swasta nasional sudah membuat siaran lokal, tinggal tiga yang belum, yakni Trans TV, Trans 7, dan Global TV," kata Ketua KPID Jatim, Fajar Arifianto Isnugroho, di Surabaya, Minggu (3/1).

Menurut Fajar, dua televisi swasta nasional yang bersiaran lokal sesuai tenggat waktu yang diberikan KPID Jatim pada 28 Desember 2009 adalah ANTV dan TV One, sementara yang lain, seperti RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, dan TPI sudah lebih dulu.

"Kami sangat mengapresiasi ANTV dan TV One yang sudah bersiaran lokal sesuai komitmen bersama, sedangkan untuk tiga televisi nasional yang belum, kami harapkan Januari ini sudah melaksanakannya," kata mantan koresponden stasiun televisi swasta nasional itu.

Demikian juga dengan pembentukan badan hukum lokal, semua televisi swasta nasional yang berjumlah 10 itu sudah menyanggupinya. "Untuk badan hukum di Surabaya mereka, menyanggupinya bulan ini, sedangkan untuk daerah lainnya, yakni Malang, Madiun, Kediri, Pacitan, Bojonegoro, Jember, Situbondo, Banyuwangi, Madura, dan Trenggalek, mereka akan menyesuaikan," papar Fajar.

Sistem Stasiun Berjaringan dengan kewajiban bersiaran lokal dan pembentukan badan hukum lokal itu, sesuai tenggat waktu pada 28 Desember 2009, menurut dia, telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Kominfo Nomor 43 Tahun 2009.

Dalam Permen itu disebutkan, setiap televisi swasta nasional wajib menyiarkan tayangan lokal minimal 10 persen dari total jam siaran nasional. "Sebanyak 30 persen dari siaran lokal itu harus ditayangkan pada saat 'prime time' (jam utama yang biasanya ditonton banyak orang). Jadi tayangan lokal itu tidak sembarangan ditayangkan," ujar Fajar. - http://www.kpi.go.id/?etats=detail&nid=1606
Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan KPID Jatim: Tiga Televisi Jakarta Mesti Segera Buat Siaran Lokal.


Minggu, 3 Januari 2010 | Infotainment telah muncul sebagai kekuatan hegemonik di jagat industri hiburan di televisi. Tidak banyak artis yang berani bersikap kritis bahkan melawannya karena takut tidak diekspose, dikucilkan, atau diboikot. Maklum, infotainment telanjur dianggap memiliki "kesaktian" mediatik yang menjanjikan popularitas.

Namun, Luna Maya berani melawan kuasa infotainment. Di balik kalimatnya yang dianggap sarkas dan vulgar, sejatinya ia memberikan pesan genting: infotainment tidak berhak dan tidak etis mengacak-acak wilayah pribadi orang.

Atas nama moralitas, berbagai pihak mengecam tayangan infotainment, termasuk ketika muncul kasus artis Luna Maya yang dianggap melecehkan wartawan infotainment. PBNU pun menilai infotainment hukumnya haram karena termasuk dalam ghibah (menggunjing orang), sedangkan Fatayat NU meminta tayangan infotainment dibatasi.

Bagi industri hiburan di televisi, semua hal bisa dijadikan "barang dagangan", termasuk persoalan personal para tokoh masyarakat (pesohor). Prinsipnya: orang terkenal selalu menjadi berita (name makes news). Bagi seorang artis populer, tidur mendengkur adalah berita. Bagi politisi kondang, sakit sariawan adalah berita. Meskipun sesungguhnya masyarakat tidak mendapatkan makna penting atas berita-berita tersebut. Industri hiburanlah yang memaksakan hal-hal remeh itu penting sebagai kebutuhan.

Terbukti kebutuhan dapat diciptakan dan dikondisikan melalui pencucian kesadaran yang intens dan kontinu. Siapa pun bisa meyakini bahwa ketela itu sebagai roti jika ada kekuatan dan kekuasaan yang melakukan pemaksaan. Sehingga pada akhirnya orang tidak lagi mampu membedakan antara ketela dan roti, antara yang bermutu tinggi dan yang rendah, antara yang esensial dan yang artifisial. Industri hiburan mampu menjadikan publik mengalami disidentifikasi atas realitas dan makna. Begitu pula dengan "makhluk" bernama infotainment. Ia bisa mereduksi hal penting menjadi tidak penting dan hal tidak penting menjadi mahapenting.

Disidentifikasi realitas

Infotainment tanpa kriteria jurnalistik yang berbasis pada logika (pertimbangan kualitas dan kuantitas pemberitaan, kepentingan publik) dan etika (pantas dan tidak pantas, sopan dan tidak sopan) akan terjerumus pada jurnalisme gosip yang bombastis dan sarkastis. Jurnalisme gosip bekerja atas kepentingan subyektif (industri) bukan kepentingan obyektif (publik).

Industri hiburan cenderung mengutamakan keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip moral. Karena ia menganggap semua hal, termasuk manusia, adalah "benda" yang harus dieksploitasi dan dijual. Untuk itu, jurnalisme gosip tidak beroperasi di arus utama dinamika publik, melainkan di ceruk-ceruk domestik tokoh. Problem personal menjadi targetnya: perselingkungan, perceraian, persoalan tubuh, penampilan, kehidupan seks, dan hal-hal tabu lainnya. "Kamera dan pena infotainment sudah memasuki ruang-ruang privat. Sangat mengerikan," keluh seorang artis.

Infotainment yang berideologi jurnalisme gosip meyakini bahwa hal-hal yang tabu sangat disukai publik. Ini klop dengan watak sebagian publik yang memiliki hobi untuk ngrasani, ngrumpi atau menggunjing orang, terutama terkait isu yang miring dan kelam. Tradisi ngrasani menjadi bukti bahwa sejatinya relasi antarmanusia itu tidak selalu sentosa dan harmonis, tapi juga rapuh. Dalam konteks ngrasani, kebaikan dan keberhasilan orang bukanlah berita yang layak dan sedap disantap. Yang dianggap berita panas adalah keburukan dan kelemahan orang lain. Dengan ngrasani, orang merasa "katarsis", padahal sesungguhnya yang terjadi adalah perawatan atas jiwa yang sakit. Dan infotainment yang berideologi gosip telah sukses menyuburkan jiwa sakit masyarakat.

 Tak perlu dilarang

Jika Luna Maya melawan, bisa jadi karena industri infotainment sudah kebangetan di dalam "melucuti" wilayah pribadi orang. Persoalan dalam kasus Luna Maya versus wartawan infotainment sesungguhnya lebih condong ke moralitas daripada hukum formal. Penghinaan yang dituduhkan atas Luna Maya hanyalah akibat saja. Kasus Luna Maya semestinya menjadi pelajaran penting agar wartawan infotainment lebih elegan dan sopan dalam pemberitaan yang terkiat dengan persoalan pribadi orang sehingga terhindar dari tuduhan merampas hak asasi manusia.

Infotainment tidak perlu dilarang, melainkan dituntut melakukan perubahan ideologi pemberitaan yang mengutamakan kebenaran data dan fakta serta etika. Informasi bukan gosip, kebenaran realitas baik secara sosiologis maupun psikologis. Hiburan yang bergizi bukan hal-hal sensasional, bombastis dan sarkastis, melainkan kenyataan simbolik yang mampu memberikan pencerahan kepada publik.

Saatnya industri hiburan mengubah perangainya: memuliakan publik. Setiap jurnalis ditantang untuk membangun publik yang ideal: bermartabat dan toleran. Karena itu, mitos bahwa "yang tidak bermutu pasti laku" harus diakhiri dengan pandangan baru: hanya yang bermutu yang laku.

Terbangunnya masyarakat yang cerdas dan pasar yang berkualitas merupakan tantangan industri hiburan di televisi, termasuk infotainment. INDRA TRANGGONO Pemerhati Budaya - http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/03/04221793/di.balik.perlawanan.luna.maya

Jangan lupa tinggalkan komentarnya untuk postingan Infotainment; Di Balik Perlawanan Luna Maya (INDRA TRANGGONO).